VISI SURVEILAN DINKES TASIKMALAYA

MENJADI SDM SURVEILAN YANG PROFESIONAL DAN BERDEDIKASI TINGGI

Sunday 17 October 2010

FILARIASIS

Di Indonesia berdasarkan survei tahun 2000-2004 terdapat lebih dari 8000 orang menderita klinis kronis Filariasis (Elephantiasis) yang tersebar di seluruh propinsi. Secara epidemiologi terindikasi lebih dari 60 juta penduduk Indonesia berada di daerah yanmg beresiko tinggi.
Perkembangan klinis Filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu terhadap parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknya larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur.
Pada dasarnya perkembangan klinis Filariasis tersebut disebabkan oleh karena cacing dewasa yang tinggal dalam saluran limfe menimbulkan pelebaran (dilatasi) saluran limfe bukan penyumbatan (obstruksi), sehingga terjadi gangguan fungsi sistem limfatik.
GEJALA KLINIS

Terdiri dari gejala klinis Akut dan Kronis.
Akut: berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis, yang disertai demam, sakit kepala, lemah dan timbulnya abses.
Kronis: Limfedema, lym scrotum, kiluria, dan hidrokel.
TATALAKSANA KASUS KLINIS FILARIASIS
A. Pengobatan Kasus Klinis
Setiap kasus klinis di daerah endemis atau non endemis mendapatkan pengobatan:
1. Diberikan DEC 3x1 tab 100 mg selama 10 hari berturut-turut.
2. Apabila penderita berada di daerah endemis, maka pada tahun berikutnya baru boleh diikutsertakan dalam pengobatan massal dengan DEC, albendazol dan parasetamol sekali setahun, minimal 5 tahun secara berturut-turut. Penderita yang tinggal di daerah non endemik tidak melaksanakan pengobatan massal.
B. Perawatan Kasus klinis
1. Gejala  Klinis Akut: Istirahat yang cukup, banyak minum, pembersihan luka, dean mengatasi symtomatiknya.
2. Gejala Kronis: perawatan kasus dilakukan berdasarkan kondisi medis masing-masing kasus.
PECATATAN & PELAPORAN
a. Perekaman Status
b. Pemeriksaan Kemajuan Perawatan.
c. Pencatatan dan Pelaporan Data Kasus Filariasis

No comments:

Post a Comment