VISI SURVEILAN DINKES TASIKMALAYA

MENJADI SDM SURVEILAN YANG PROFESIONAL DAN BERDEDIKASI TINGGI

Sunday 26 December 2010

FLU BURUNG MENYEBAR DI JEPANG

Awas, Flu Burung Mulai Menyebar di Jepang!
Jepang mencatat sejumlah kasus baru penderita yang terinfeksi virus flu burung.
Sesuai dengan laporan televisi NHK Jepang, kantor kesehatan kota Izumi, barat daya Jepang mengkonfirmasikan adanya sejumlah kasus penderita flu burung di kota ini.
Para pejabat kesehatan kota Izumi mengumumkan, menyusul uji laboratorium pada bangkai 12 burung yang mati menunjukkan dua bagian dari mereka tewas akibat terinfeksi virus flu burung.
Bertambahnya dua kasus baru membuat jumlah keseluruhan kasus terinfeksi virus flu burung menjadi delapan kasus.
Awal bulan ini kota Izumi mencatat ada 6 kasus terinfeksi lewat virus flu burung. (IRIB/SL/PH)
  More arti

Saturday 11 December 2010


Flu Burung/AI sampai saat ini masih menjadi masalah global maupun nasional. Sejak tahun 2003 sampai sekarang 31 dari 33 Provinsi di Indonesia telah dilaporkan tertular FB/AI, sedangkan pada manusia sejak Juni 2005 sampai dengan Agustus 2010 sudah dilaporkan ke WHO 167 kasus dengan jumlah kematian 139. Case Fatality Rate (CFR 83,23 %) yang tersebar di 13 Provinsi. Penemuan kasus AI pada manusia paling tinggi ditemukan : di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 46 kasus konfirmasi 39 diantaranya meninggal dunia, di Provinsi Jawa Barat sampai september 2010 sebanyak 41 kasus konfirmasi 36 diantaranya meninggal dunia yang tersebar di 14 Kabupaten/Kota.
Untuk mengantisipasi penyebaran yang tidak terkendali dan tidak terduga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah mensosialisasikan tatalaksana Flu Burung di masyarakat dan telah melatih ± 2300 petugas puskesmas (Tiap puskesmas diwakili 2 orang petugas kesehatan). Melalui upaya pemantauan yang intensif terhadap perubahan sifat dan strain virus H5N1 sesuai Internasional Health Regulation (IHR 2005) dapat diamati melalui tanda-tanda atau sinyal epidemiologi, dan sinyal virologis sebagai konfirmasi telah terjadinya episenter pandemi.
Untuk meningkatkan sistim Surveilans penyakit Flu Burung yang berhubungan dengan hewan di komunitas masyarakat, Ministry Of Agriculture (MOA) telah mengembangkan Surveilans penyakit yang berhubungan dengan hewan dan respon melalui pendekatan partisipasi yang dinamakan Participatory Disease Surveilance and Response (PDSR). Petugas PDSR diperkerjakan ditingkat Kabupaten/Kota dan bekerja dekat dengan komunitas masyarakat. Dengan mengadaptasikan PDSR, Kementerian dalam negeri telah mengembangkan dan meluncurkan petugas District Surveilance Officers ( DSO) yang bertujuan untuk bekerja sama dengan petugas PDSR dalam hal berbagi informasi pemberantasan Flu Burung di masyarakat. Usaha ini dipercaya dapat mendeteksi secara dini adanya tersangka kasus Flu Burung pada masyarakat yang berisiko tinggi melalui pendekatan pendekatan partisipasi dan pencarian kasus secara aktif. Pengenalan lebih cepat pada tersangka Flu Burung sangat penting untuk pengobatan lebih cepat dan untuk mendapatkan keefektifitasan anti virus.
Pada tanggal 30 Agustus 2010 di Hotel Perdana Wisata telah dilaksanakan sosialisasi Flu Burung kepada Organisasi Profesi Wilayah Jawa Barat antara lain Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI) dengan pembicara dr. Vason dan dr. Marlinggom dari World Health Organization (WHO), Subdit Zoonosis Kementerian Kesehatan, Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dengan sumber dana berasal dari bantuan WHO Italia.
WHO berharap setelah dilaksanakannya pertemuan ini organisasi profesi dapat mensosialisasikan tatalaksana penanggulangan FB/AI serta berperan dalam penanggulangan FB/AI dengan mengenali kasus (Early Diagnosis), penatalaksanaan kasus, rujukan kasus, melaporkan kasus serta menanggapi kasus.
Untuk itu, dalam upaya mencegah terjadinya kematian akibat penyakit Flu Burung, Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu disiagakan dengan menempatkan obat anti Oseltamivir guna pengobatan dini terhadap suspek/tersangka Flu Burung.
Ini merupakan Pertemuan lanjutan yang dilaksanakan tanggal 31 agustus 2010 di Hotel perdana Wisata kerjasama dinas Kesehatan dengan Organisasi Profesi  ( IDI, PPNI) wilayah jawa Barat dan sejauhmana  Peranan Organisasi profesi dalam penanganan  Avian Influenza (H5N1). Jawa Barat merupakan pelintasan pemasok ternak terutama Ayam  ke Jakarta untuk itu Dinas Peternakan sudah melakukan strategi untuk menekan/meniadakan resiko timbulnya AI pada unggas seperti Pengendalian transportasi unggas dan produk asal unggas, Biosekuriti ketat pada semua aspek manajemen peternakan, Vaksinasi dengan menggunakan vaksin yang berkualitas dan melihat dinamika virus AI Indonesia, Mengembangkan pasar tradisional yang higienis, Sosialisasi dengan metoda yan mudah diterima dan dapat diterapkan oleh masyarakat (KIE), Pola hidup sehat dan bersih dll.
Jawa Barat merupakan wilayah yang potensial dalam penyebaran AI Pada unggas,  karena   Populasi unggas tinggi dengan rapid test positif tapi tidak ada penularan pada manusia, kasus suspek sampai September 2010 di Jawa Barat sebanyak 6 kasus, 2 diantaranya meninggal dan tidak ada kontak.
Penyebaran geografik penderita ’’Flu Burung’’ pada manusia  di Indonesia tahun 2010 kasus konfirmasi 6 kasus meninggal 5  yang tersebar di 5 Provinsi antaralain  DKI Jakarta 2/2, Banten 1/1, Riau 1/1, Jateng 1/1, Jatim 1/0.
Kebanyakan pasien mencari pertolongan pertama ke klinik / praktek swata à Shopping Treatment akhirnya kasus terlambat diketahui (± 6 hari) —- CFR tinggi (dr. Vason dan dr. Marlinggom) dari WHO.
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Breaking News: “Sebelumnya pada Selasa (9/11) Kementerian Haji Arab Saudi memberitakan seorang perempuan asal Eopa, 26 th, dan seorang wanita lainnya, 56th, asal Asia Selatan positif terkena flu A H1N1. Seorang yang lain, pria asal Afrika, 41th terkena kolera. Kedua pasien flu burung saat ini dirawat di rumah sakit. Sementara satu yang lain sudah dapat keluar dari rumah sakit.”
Influenza A (H1N1) virus is a subtype of influenza A virus and was the most common cause of human influenza (flu) in 2009. Some strains of H1N1 are endemic in humans and cause a small fraction of all influenza-like illness and a small fraction of all seasonal influenza. H1N1 strains caused a few percent of all human flu infections in 2004–2005.[1] Other strains of H1N1 are endemic in pigs (swine influenza) and in birds (avian influenza).
In June 2009, the World Health Organization declared the new strain of swine-origin H1N1 as a pandemic. This strain is often called swine flu by the public media. This novel virus spread worldwide and had caused about 17,000 deaths by the start of 2010. On August 10, 2010, the World Health Organization declared the H1N1 influenza pandemic over, saying worldwide flu activity had returned to typical seasonal patterns.[2]

The 1976 swine flu outbreak, also known as the swine flu fiasco,[1] or the swine flu debacle, was a strain of H1N1 influenza virus that appeared in 1976. Infections were only detected from January 19 to February 9, and were not found outside Fort Dix.[2] The outbreak is most remembered for the mass immunization that it prompted in the United States. The strain itself killed one person and hospitalized 13.[citation needed] However, side-effects from the vaccine caused five hundred cases of Guillain–Barré syndrome and 25 deaths.[3][4]


Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu Burung adalah penyakit influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang yang lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat burung puyuh dan burung onta.

Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia. Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas ( penyakit akibat kerja ).

 Epidemiologi
Penyebaran penyakit flu burung jelas melintasi batas negara; tetapi walau mewabah di benua Asia, penyakit ini merupakan penyakit eksotis (belum pernah ada ) di Indonesia.
Penyakit yang menjangkiti pekerja atau orang yang hidup di lingkungan peternakan unggas ini merupakan penyakit mematikan. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Korea Selatan, Vietnam, Jepang, Hongkong, Belanda, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Pakistan dan Indonesia. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Jalur Pantura-Indonesia, khususnya Kabupaten Indramayu bisa saja termasuk daerah terjangkit virus penyebab penyakit flu burung karena wilayah udaranya selama ini menjadi jalur
lalu lintas jutaan burung setiap pergantian musim. Burung dari Australia atau Eropa, dalam perjalanan migrasinya yang menempuh ribuan kilometer, mengambil kepulauan Rakit
sebagai tempat peristirahatan atau transit. Pulau Rakit Utara, Gosong dan Rakit Selatan atau Pulau Biawak menjadi tempat persinggahan jutaan ekor burung yang tinggal cukup lama, 2 -
2,5 bulan, bereproduksi, kawin dan banyak yang sampai menetaskan telurnya.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan kejadian kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus NewCastle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung / Avian influenza (AI). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%); paling tinggi di propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Kehebohan bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal.
Pada 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung.Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang anak berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Epidemiologist dari Pusat Pengawasan Penyakit - Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja.
Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Di Vietnam, WHO menemukan bahwa 8 dari 10 orang yang terinfeksi meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.Jika dibandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) flu burung ini lebih sedikit kasusnya ; hanya dilaporkan 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal 19 orang (Case Fatality Rate CFR=76%).

Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).Penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari 2004 di sejumlah wilayah Indonesia Kabupaten Tangerang - Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem - Bali) belum menemukan kasus flu burung pada manusia. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi tetap waspada, terutama bagi kelompok yang berisiko karena di
negara lain virus ini telah menginfeksi manusia.
 Sumber: dari berbagai sumber